BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia sebagai negara berkembang ikut merasakan
kemajuan-kemajuan teknologi pada saat ini,banyak obnum-obnum atau keadaan yang
membuat keselamatan kita terancam termasuk terjadinya pneomthorax ,yaitu adanya
gas atau udara dalam rongga pleura.
Penyebab
pneomothorax terbanyak adalah kecelakaan yang di sengaja maupun tidak seperti
tertusuk benda tajam,kegiatan medis atau pun perokok. Jhonston & Dovnarsky
memperkirakan kejadian pneumothorax berkisar antara 2,4 – 17, 8/100.000/tahun.
Beberapa karateristik pada pneumothorax antara lain : laki – laki lebih sering
dari pada wanita ( 4:1). Sering pada usia 20 – 30 tahun.
Pneumothorax spontan yang timbul pada umur lebih dari 40
tahun seringkali disebabkan oleh adanya bronchitis kronik dan empisema. Lebih
sering pada orang – orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi ( astenikus )
terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Pneumothorax kanan lebih
sering terjadi dari pada kiri.
Berdasarkan
hal tersebut diatas ,maka kami membuat makalah dengan judul “ Asuhan
keperawatan Pneumothorax “
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep dasar dari
pneumothorax ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk
mengetahui secara umum dan spesifik tentang konsep dasar penyakit pneumothorax.
2.
Tujuan khusus
a.
untuk mengetahui konsep teori pneumothorax
b.
untuk mengetahui pengklasifikasian pneumothorak
c.
untuk mengetahui penanganan kasus pneumothor
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
Pneumothorax adalah udara atau gas
dalam rongga pleura, yang dapat terjadi secara spontan (spontaneous pleura), sebagai akibat trauma ataupun proses
patologis, atau dimasukkan dengan sengaja (Dorland 1998 : 872).
Perubahan
tekanan intratorakal yang di timbulkan oleh peningkatan volume area pleural
menurunkan kapasitas paru ,menyebabkan distres pernafasan dan masalah
pertukaran gas,dan menghasilkan tegangan pada struktur mediastinal yang dapat
mengganggu jantung dan sirkuasi sistemik,pneumothorax dapat terjadi karena
traumatik (terbuka dan tertutup ) atau spontan
(doenges 1999 :195 )
Pada
cidera darah hebat darah terkumpul dalam rongga dada karena robeknya pembuluh
robeknya pembuluh interkosta,laserasi paru atau keluarnya udara dari paru yang cidera ke dalam ruang pleura
ini di sebut pneumothorax
(smeltzer 2001)
2.2 Etiologi
Pneumothorax terjadi karena adanya
kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura.
Robekan ini berhubungan dengan bronkus. Pelebaran /alveoli dan pecahnya septa –
septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatus fibrosis.
Granulomatus fibrosis adalah salah satu penyebab tersering terjadinya
pneumothorax, karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi
empisema.
Pneumathorax
disebabkan karena robeknya pleura atau terbukanya dinding dada.kurang dari 75%
tarauma tusuk pneumathorax di sertai hemathorax pneumathorax menyebabkan paru
kolap baik sebagian dan seluruhnya menyebabkan tergesernya isi rongga dada ke
sisi lain.gejala sesak nafas progressif sampai sianosis gejala syok .
2.3 Anatomi fisiologi
Kerangka dada terdiri atas tulang dan tulang rawan. Batas –
batas yang membentuk rongga di dalam thorax ialah :
a.
Depan : Sternum dan tulang rawan iga – iga.
b.
Belakang : 12 ruas tulang punggung beserta cakram antarruas (diskus
invertebralis) yang terbuat dari tulang rawan.
c.
Samping : Iga – iga beserta otot interkostal
d. Bawah : Diafragma
e.
Atas : Dasar leher.
Gambar
Jika udara masuk ruang pleura, paru-paru akan runtuh. Ini
disebut pneumotoraks. Jika dinding dada ditembus, yang mungkin terjadi sebagai
akibat dari cedera, udara dapat masuk ke rongga pleura dari luar. Air juga bisa
masuk dari dalam, dari paru-paru itu sendiri, jika paru-paru robek atau pecah.
Salah satu penyebab paling umum dari pneumothorax non-traumatik spontan adalah
bleb paru. Ini adalah kelemahan dan out-pouching dari jaringan paru-paru, yang
bisa pecah. Hal ini memperkenalkan udara ke dalam rongga pleura.
Pleura
visceralis melekat dan meliputi seluruh paru. Pada hilus paru pleura visceralis
ini menyambung sebagai pleura parietalis menuju ke mediastinum, dinding thoraks
dan diafragma. Rongga pleura kanan dan kiri terpisah, sehingga bila ada
kelainan seperti misalnya pneumothoraks, tidak akan mengenai kedua pleura.
Rongga pleura didaerah costophrenicus dan costomediastinum longgar untuk
memberikan ruang pada paru untuk ekspansi maksimal pada waktu inspirasi. Fungsi mekanis pleura adalah
meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam paru-paru, sehingga paru-paru yang
elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting
pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah
negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negatif
meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.
2.4 Manifestasi klinis
a. Sesak dapat sampai berat, kadang
bisa sampai hilang dalam 24 jam apabila sebagian paru yang kolaps sudah mengembang
kembali.
b. Distres pernapasan berat, agitasi, sianosis, dan
takipnea berat.
c. Takikardi dan peningkatan
awal TD diikuti dengan hipotensi sesuai dengan
penurunan curah jantung.
d. Hidung
tampak kemerahan
e. Cemas, stres, tegang,nyeri dada
f. Tekanan darah rendah (hipotensi)
g. Sesak nafas,dada terasa sempit
h. Denyut jantung cepat,mudah lelah
i.
Warna
kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen
2.5 Klasifikasi
Pneumathorax lebih sering terjadi
pada penderita dewasaa yang berumur 40 th ,laki-laki lebih rentan dari wanita.
Diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Artificial
Udara
lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau
pneumothoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal pengeluaran atau
pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan
pneumothoraks sengaja lainnya ialah diagnostik untuk membedakan massa apakah
berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-penyebab lain ialah akibat
tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura.
b.
Traumatic
Masuknya
udara melaui mediastinum yang biasanya disebabkan trauma pada trakea atau
esophagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat (endoskopi) atau benda
asing tajam yang tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula mengakibatkan
udara dalam rongga pleura melalui fistula antara saluran nafas proksimal dengan
rongga pleura.
Barotrauma Pada Paru Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumothorax dan
non-tension pneumathorax. Tension. Pneumothorax merupakan medical emergency
dimana akumulasi udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas.
Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum
secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan.
Non-tension pneumothorax tidak seberat Tension pnemothorax karena akumulasi
udara tidak makin bertambah sehingga tekanan terhadap organ didalam rongga dada
juga tidak meningkat.
Akumulasi darah dalam rongga toraks (hemotoraks) dapat
menimbulkan masalah yang mengakibatkan terjadinya hemopneumotoraks.
c. Spontan.
Terjadi secara spontan tanpa didahului kecelakaan atau
trauma. Timbul sobekan subpleura dari bulla sehingga udara dalam rongga pleura
melalui suatu lubang robekan atau katup.
Keadaan ini dapat terjadi berulang kali dan sering menjadi
keadaan yang kronis. Penyebab lain ialah suatu trauma tertutup terhadap dinding
dan fistula bronkopleural akibat neoplasma atau inflamasi. Pneumotoraks spontan
dapat diklasifikasikan menjadi.
Pneumotoraks Spontan Primer dan Pneumotoraks Spontan
Sekunder. Pneumotoraks Spontan Primer biasanya disebabkan oleh pecahnya bleb
pada paru (sering terjadi pada pria muda yang tinggi kurus dan pada Marfan
syndrome), sedangkan Pneumotoraks Spontan Sekunder seringkali terjadi akibat
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
d.
Pneumothorak tekanan
Terjadi
karena paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru kolaps.
e.
Pneumothorax tegangan
Terjadi
ketika udara ditarik ke dalam ruang pleura dari paru yang mengalami laserasi
atau melalui lubang kecil dalam dinding dada.
2.6 Patofisiologi
Paru-paru
di bungkus oleh pleura peritalis dan pleura visceralis.di antara pleura ini
terdapat cavum pleura.cavum pleura normal berisi sedikit cairan serous
jaringan.
Saat
inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan intrabronkhial,
sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luaryang
tekanannya nol akan masuk ke bronchus sehingga sampe ke alveoli.
Saat
ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan
lebih tinggi dari tekanan dialveolus ataupun di bronchus, sehingga udara
ditekan keluar melalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada
tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada
waktu batuk, bersin atau mengejan, karena pada keadaan ini glotis tertutup.
Apabila dibagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah,
bronkhus atau alveolus itu akan pecah atau robek.
Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan
udara masuk kea rah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar,
tekanan dalam alveoli akan meningkat.Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan
obstruksi endobronkhial adalah faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya
robekan.Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan
jaringan fibrosis di peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan
menyebabkan pneumothoraks.
Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah
negatif. Tekanan negatif disebabkan karena kecenderungan paru untuk kolaps
(elastic recoil) dan dinding dada yang cenderung mengembang. Bilamana terjadi
hubungan antara alveol atau ruang udara intrapulmoner lainnya (kavitas, bulla)
dengan rongga pleura oleh sebab apapun, maka udara akan mengalir dari alveoli
ke rongga pleura sampai terjadi keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut
tertutup. Serupa dengan mekanisme di atas, maka bila ada hubungan antara udara
luar dengan rongga pleura melalui dinding dada, udara akan masuk ke rongga
pleura sampai perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup.
Perubahan
patofisiologi yang terjadi pada dasarnya adalah akibat dari :
a. Kegagalan ventilasi
b. Kegagalan pertukaran gas pada
tingkat alveolar.
c. Kegagalan sirkulasi
karena perubahan hemodinamik.
Ketiga faktor diatas dapat menyebabkan hipoksia.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pneumotorax tergantung dari luasnya pneumothorax. Tujuannya yaitu untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh
lagi.
Pemansangan Bullow Drainage / WSD ,Pada trauma toraks, WSD
dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil (
bila diakibatkan oleh traumatic ), sehingga dapat ditentukan perlu operasi
torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga
pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura
sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
Perawatan
WSD ini adaalah :
a. Mencegah infeksi di
bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti
verband minimal 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang
menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh
pasien.
b. Mengurangi rasa sakit
dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh
dokter.
c. Dalam perawatan yang
harus diperhatikan :
1) Penetapan slang.
Slang
diatur senyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan
bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat
dikurangi.
2) Pergantian posisi badan.
Usahakan
agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau
memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh
sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
d. Mendorong berkembangnya
paru-paru.
Dengan WSD/Bullow
drainage diharapkan paru mengembang,Latihan napas dalam,Latihan batuk yang
efisien,Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan banyak nya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800
cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan.
f. Suction harus
berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah
operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi :
1.
Perhatikan
banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
2.
Perlu
sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang
baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang 1/2 duduk
ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal slang
tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang
tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
g. Perawatan "slang"
dan botol WSD/ Bullow drainage.
1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
cairan yang keluar kalau ada dicatat.
2. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan
dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3. Penggantian botol harus "tertutup" untuk
mencegah udara masuk yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan
kocher.
4. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan
sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
5. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja
diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
6. Cegah bahaya yang
menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol
terjatuh karena kesalahan dll.
h. pemasangan wsd dinyatakan
berhasil, bila :
1. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan
radiologi.
2. Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
3. Tidak ada pus dari
selang WSD.
Tujuan pengobatan
adalah untuk mengevakuasi udara atau darah dari ruang pleura.untuk
pneumathorax ,selang dada yang kecil (28F) di pasang dekar ruang intercostal
kedua.ruang ini di gunakan karena merupakan bagian tertipis dari dinding
dada,meminimalkan bahaya menyentuh saraf torax,dan akan meninggalkan jaringan
parut lebih sedikit.jika terdapat jumlah
darah yang berlebihan dalam selang dada dalam waktu yang relatif singkat,mungkin
di perlukan outotranfusi.teknik ini mencakup mengambil darah pasien sendiri
yang telah di alirkan dari dada,di saring,dan kemudian ditransfusikan kembali
ke dalam sistem vaskular pasien.
2.9 Komplikasi
a. Pneumothoraks tension: mengakibatkan
kegagalan respirasi akut
b. Pio-pneumothoraks, hidro
pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks: henti jantung paru dan kematian sangat
sering terjadi.
c. Emfisema subkutan dan
pneumomediastinum: sebagai akibat komplikasi pneumothoraks spontan
d. Gagal nafas : Adanya
akumulasi udara pada rongga pleura mengakibatkan adanya penekanan pada
paru
e. Pneumothoraks simultan bilateral : salah
satu sisi paru dapat mengakibatkan peningkatan pada tekanan intrapleura
2.10 Pemeriksaan penunjang
a.
Sinar
X dada : menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural, data menunjukkan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
b.
GDA
: variable tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat.
PaO2 mungkin normal/menurun, saturasi oksigen biasa menurun.
c.
Torasentesis
: menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemotoraks)
d.
HB
: mungkin menurun menunjukkan kehilangan darah
2.11 W.o.c
Faktor
predisposisi: trauma tembus ke pleura,trauma
Tumpul
pada dada,tb paru,emfisema,ca paru
Kebocoran
di bagian paru yang berisi udara melalui robekan
Atau
pecahnya pleura.robekan akan berhubungan dg broncus.
Pelebaran
dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yg
Kemudian
membentuk suatu bulla dan bulla pecah menembus pleura
Ada hubungan langsung antara rongga pleura dg udara luar
Tekanan posistif intrapleura
Gangguan
ventilasi : pengembangan paru tdk optimal dan gangguan difusi,
Distribusi,dan transportasi oksigen
Ketidakefektifan pola nafas terpasang bullow drainase/wsb
edema trakea/faringeal, keluhan sistemis,
Peningkatan produksi sekret, mual,intake
nutrisi
Penurunan kemampuan yang tidak adekuat,
batuk efektif malaise,kelemahan,
dan
keletihan fisik.
Respon
nyeri,adanya luka ketidak
efetifan jalan nafas
paska
pemasangan wsb. -perubahan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.
-Gangguan pemenuhan adl
-Kecemasan
Resiko
tinggi trauma nyeri
Kerusakan
integritas jaringan
Resiko tinggiinfeksi
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1 Penggkajian
a. Identitas
biasanya berisi nama,umur,alamat,no
MR,diagnosa medic,taggal masuk,penanggung jawab dan data penting lainnya
b. Tanda-Tanda
vital
Nadi : biasanya
takikardi
Tekanan
darah : biasanya
hipertensi atau juga hipotensi
pernafasan : biasanya takipnea
Suhu
:
biasanya di atas normal
c. Riwayat
kesehatan
1. Riwayat
kesehatan sekarang
Biasanya keluhan
klien sesak napas sering kali datang mendadak dan
semakin lama
semakin berat. Biasanya nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat,
tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.
Perawat perlu
mengkaji apakah ada riwayat trauma tajam/tumpul yang mengenai rongga dada
(tertembus peluru, tertusuk benda tajam)
2. Riwayat
kesehatan dahulu
Perawat mengkaji apakah klien pernah menderita TB paru
,biasanya sering terjadi pada pneumotoraks spontan.
3.
Riwayat kesehatan keluarga
Perawat perlu mengkaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotoraks seperti kanker paru,
asma, TB paru, dll.
d.
Pemeriksaan fisik
1.
Rambut
dan hygine kepala
Biasanya rambut klien bersih,kulit
kepala bersih
2. Mata
(kiri/kanan)
Biasanya
posisi mata simetris kiri dan kanan,konjungtiva anemis,sklera ikterik,dan pupil
merespon cahaya dengan baik.
3. Hidung
Biasanya hidung klien simetris ,tidak
ada sputum .
4. Mulut
dan tenggorokn
Biasanya
mulut pasien berbau gigi berkaries dan bibir tampak kering .
5. Telinga
Biasanya
telinga klien simetris , dan tidak ada
gangguan pendengaran
6. Leher
Biasanya
pada kasus ini tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,dan tidak terdapat
kaku kuduk.
7. Dada/thorax
I
: biasanya pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan,iga melebar,ekspansi dada asimetris (pergerakan
dada tertinggal pada sisi yang sakit),rongga dada asimetris (lebih cembung
disisi yang sakit),biasanya pada kasus tertentu terdapan bekas tusukan.
P
: biasanya taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Biasanya juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang
sakit, ruang antar –iga bisa saja normal atau melebar
P
: biasanya suara ketuk pada
sisi yang sakit hipersonor sampai timpani.
A
: biasanya suara napas
menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
8. Jantung
I
: biasanya : biasanya ictus cardis terlihat
P
: biasanya ictus cardis teraba
P
: biasanya suara sonor
A
: biasanya irama BJ 1 /BJ II tidak teratur
9. Abdomen
Biasanya
klien tidak mengeluh mual
I
: biasanya tidak ada pembuncitan
A
: biasanya bising usus terdengar 20x/i
P
: biasanya tidak ada nyeri tekan
P
: biasanya bunyi nya tympani
10. Genitalia
urinaria
Kelengkapan
: biasanya kelamin klien lengkap
Terpasang
kateter : biasanya tidak
Urine
: biasanya urine berwarna kekuningan dan tidak ada endapan
11. Lengan-lengan
tungkai
Ekstremitas bawah : biasanya kemampuan sendi terbatas,biasanya ada luka bekas tusukan benda tajam,Terdapat kelemahan,Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan,biasanya tangan kanan terpasanag infus.
Ekstremitas bawah : biasanya kemampuan sendi terbatas,biasanya ada luka bekas tusukan benda tajam,Terdapat kelemahan,Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan,biasanya tangan kanan terpasanag infus.
Ekstremitas
bawah : biasanya kelemahan sendi,kulit pucat dan berkeringat.
3.2
Diagnosa keperawatan
1. pola nafas tidak efektif b/d menurunya ekspansi
paru
2.
Resiko tinggi trauma penghentian nafas
b/d proses cidera
3.
Kurangnya pengetahuan terhadap kondisi b/d kurang terpajan pada informasi.
3.3 Intervernsi Keperwatan
No
|
Dx
Kep
|
Tujuan
/ kh
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Dx 1
|
Pola pernapasan efektive.
Kh :Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru. |
1. Awasi kesesuain pola pernafasan
bila mengguna kan ventilasi mekanik.catat perubahan tekanan udara.
2. Auskultasi bunyinafas
3. Kaji fremitus
4. Kaji pasien ada nya nyeri tekan
bila batuk,nafas dalam
5. Catat pengembang an dada pada
posisis trakea
|
1. Kesulitan bernafas dengan
ventilator dan /atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga mem buruknya
kondisi.
2. Bunyi nafas dapat menurun atau tak
ada pada lobus, segmen paru atau seluruh area paru.
3. Suara dan taktil fremitus menurun
pada jaringan yang terisi cairan/ konsolidasi
4. Sokongan terhadap dada dan otot
abdominal mem buat batuk lebih efektif/mengurngi trauma
5. Pengembangan dada sama dengan
ekspensi paru. deviasi trakea dari area sisi yang sakit pada tegangan pneumothorax
|
2
|
Dx 2
|
Komlikasi di cegah / diatasi
Kh : mengenak ke butuhan untuk men
cegah komplikasi, memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik.
|
1. Kaji dengan pasien tujuan / fungsi
unit drainase,catat gambaran keamanan
2. Pasangkan kateter thorak ke
dinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau
mengubah posisi klien.
3. Amankan sisi smbung selang
4. Beri bantalan pada sisi dengan
kasa/plester
5. Anjurkan pasien untuk menghindari
berbaring/ menarik selang
|
1. Informasi tentang bagaimana sistem
bekerja memberikan keyakinan,menurunkan ansietas pasien.
2. Mencegah ter lepasnya kateter dada
atau selang terlipat dan menurunkan nyeri sehubung dg penarikan/menggerakan
selang.
3. Mencegah terlepasnya selang
4. Melindungi kulit dari
iritasi/tekanan
5. Menurunkan resiko obstruksi
drainase /terlepasnya selang
|
3
|
Dx 3
|
Proses penyakit / prognosis dan
kebutuhan terapi di pahami
Kh : mengidentifikasi tanda/gejala
memerlukan evaluasi medik, mengikuti program pengobatan dan menunjukkan
perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulang nya masalah.
|
1. Kaji patologi masalah individu
2. Idntifikasi komplikasi jangka
panjang
3. Kaji ulang tanda/gejala yang me
merlukan evaluasi medik cepat contoh nya nyeri dada tiba-tiba.
4. Kaji ulang praktik kesehatan yang
baik.seperti nutrisi baik,istirahat
|
1. Informasi menurunkan takut karena
ketidak tahuan.memberikan pengetahuan dasar untuk memahami kondisi dinamik
dan pentingnya intervensi teraupetik
2. Penyakit paru yang ada berat serta
ganas dapat me ningkatkan insiden kambuh.pasien sehat yang men derita pneumothorax
spontan insiden kambuh 10%-50%.
3. Berulangnya pneumothorax
memerlukan intervensi medik untuk mencegah /menurunkan potensial komplikasi
4. Mempertahankan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
|
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pneumothorax didefenisikan sebagai adanya udara di dalam
kavum/rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif
untuk mempertahankan paru dalam keadaan berkembang ( imflasi ). Tekanan pada
rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2
s/d 4 cm H2O.
Laki – laki lebih sering dari pada
wanita ( 4:1). Sering pada usia 20 – 30 tahun. Pneumothorax spontan yang timbul
pada umur lebih dari 40 tahun seringkali disebabkan oleh adanya bronchitis
kronik dan empisema. Lebih sering pada orang – orang dengan bentuk tubuh kurus
dan tinggi ( astenikus ) terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok.
Timbulnya
pneumothorax juga terjadi karna ada riwayat penyakit baru atau kecelakaan
seperti tusukan .biasanya pada kasus ini pasien lemah dan merasakan sakit
ketika bernafas. penatalaksanaanya bisa dengan memasang selang dada pada klie
yang bertujuan untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan
untuk kambuh lagi serta mengobservasi dan memberi tambahan oksigen.
4.2 Saran
Berdasrkan kesimpuln diatas kelompok
menganggap perlu adanya saran-saran untuk memperbaiki kualitas pelayanan
kesehatan.
Kami dari kelompok merasa bahwa
dalam pelaksanaan asuhan keperwatan harus di dukung oleh situasi dan kondisi
serta cukupnya waktu untuk melaksanakannya agar asuhan keperawatan yang di
berikan dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan apa yang di harapkan.
Sebagai mahasiswa ,kami berharap
mampu menguasai konsep pneumothorax dengan mempelajari asuhan keperawatan pada
klien pneumothorax .
DAFTAR PUSTAKA
1.
Doenges,
M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
2.
Kumala,
Poppy et all. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC,1998.
3.
Muttaqin,
Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika.
4.
Smeltzer,Suzanne
C .Keperawatan Medical Bedah .Edisi 8.2001.jakarta :2001
5.
Sudoyo,
Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS
PNEUMOTHORAX
Mata
Kuliah : Keperawatan Medical Bedah
Dosen
: Ns.Febri yanti ,S.kep,M.kep
Di
susun oleh kelompok 12 :
Feby
andea pricilia 13111794
Eva
damayant i
13111793
Dyelvi
regina 13111791
PROGRAM
STUDY DIII KEPERAWATAN
STIKes
MERCUBAKTIJAYA
2014