Rabu, 27 Mei 2015

asuhan keperawatan toeritis pneumotorax _febypricilia_



BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar belakang
             Indonesia sebagai negara berkembang ikut merasakan kemajuan-kemajuan teknologi pada saat ini,banyak obnum-obnum atau keadaan yang membuat keselamatan kita terancam termasuk terjadinya pneomthorax ,yaitu adanya gas atau udara dalam rongga pleura.
Penyebab pneomothorax terbanyak adalah kecelakaan yang di sengaja maupun tidak seperti tertusuk benda tajam,kegiatan medis atau pun perokok. Jhonston & Dovnarsky memperkirakan kejadian pneumothorax berkisar antara 2,4 – 17, 8/100.000/tahun. Beberapa karateristik pada pneumothorax antara lain : laki – laki lebih sering dari pada wanita ( 4:1). Sering pada usia 20 – 30 tahun.
       Pneumothorax spontan yang timbul pada umur lebih dari 40 tahun seringkali disebabkan oleh adanya bronchitis kronik dan empisema. Lebih sering pada orang – orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi ( astenikus ) terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Pneumothorax kanan lebih sering terjadi dari pada kiri.
            Berdasarkan hal tersebut diatas ,maka kami membuat makalah dengan judul “ Asuhan keperawatan Pneumothorax “

1.2  Rumusan Masalah
            Bagaimanakah konsep dasar dari pneumothorax ?
1.3  Tujuan
            1. Tujuan umum
                        Untuk mengetahui secara umum dan spesifik tentang konsep dasar penyakit pneumothorax.
            2. Tujuan khusus
                        a. untuk mengetahui konsep teori pneumothorax
                        b. untuk mengetahui pengklasifikasian pneumothorak
                        c. untuk mengetahui penanganan kasus pneumothor

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Defenisi
            Pneumothorax adalah udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat terjadi secara spontan (spontaneous pleura), sebagai akibat trauma ataupun proses patologis, atau dimasukkan dengan sengaja (Dorland 1998 : 872).
            Perubahan tekanan intratorakal yang di timbulkan oleh peningkatan volume area pleural menurunkan kapasitas paru ,menyebabkan distres pernafasan dan masalah pertukaran gas,dan menghasilkan tegangan pada struktur mediastinal yang dapat mengganggu jantung dan sirkuasi sistemik,pneumothorax dapat terjadi karena traumatik (terbuka dan tertutup ) atau spontan
(doenges 1999 :195 )
            Pada cidera darah hebat darah terkumpul dalam rongga dada karena robeknya pembuluh robeknya pembuluh interkosta,laserasi paru atau keluarnya udara  dari paru yang cidera ke dalam ruang pleura ini di sebut pneumothorax
(smeltzer 2001)

2.2 Etiologi

            Pneumothorax terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkus. Pelebaran /alveoli dan pecahnya septa – septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatus fibrosis. Granulomatus fibrosis adalah salah satu penyebab tersering terjadinya pneumothorax, karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empisema.
            Pneumathorax disebabkan karena robeknya pleura atau terbukanya dinding dada.kurang dari 75% tarauma tusuk pneumathorax di sertai hemathorax pneumathorax menyebabkan paru kolap baik sebagian dan seluruhnya menyebabkan tergesernya isi rongga dada ke sisi lain.gejala sesak nafas progressif sampai sianosis gejala syok .



2.3 Anatomi fisiologi
                     Kerangka dada terdiri atas tulang dan tulang rawan. Batas – batas yang membentuk rongga di dalam thorax ialah :
a.       Depan : Sternum dan tulang rawan iga – iga.
b.      Belakang : 12 ruas tulang punggung beserta cakram antarruas (diskus invertebralis) yang terbuat dari tulang rawan.
c.       Samping : Iga – iga beserta otot interkostal
d.      Bawah : Diafragma                  
e.       Atas : Dasar leher.
            Gambar 
Jika udara masuk ruang pleura, paru-paru akan runtuh. Ini disebut pneumotoraks. Jika dinding dada ditembus, yang mungkin terjadi sebagai akibat dari cedera, udara dapat masuk ke rongga pleura dari luar. Air juga bisa masuk dari dalam, dari paru-paru itu sendiri, jika paru-paru robek atau pecah. Salah satu penyebab paling umum dari pneumothorax non-traumatik spontan adalah bleb paru. Ini adalah kelemahan dan out-pouching dari jaringan paru-paru, yang bisa pecah. Hal ini memperkenalkan udara ke dalam rongga pleura.
Pleura visceralis melekat dan meliputi seluruh paru. Pada hilus paru pleura visceralis ini menyambung sebagai pleura parietalis menuju ke mediastinum, dinding thoraks dan diafragma. Rongga pleura kanan dan kiri terpisah, sehingga bila ada kelainan seperti misalnya pneumothoraks, tidak akan mengenai kedua pleura. Rongga pleura didaerah costophrenicus dan costomediastinum longgar untuk memberikan ruang pada paru untuk ekspansi maksimal pada waktu inspirasi. Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam paru-paru, sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.

2.4 Manifestasi klinis
a.       Sesak dapat sampai berat, kadang bisa sampai hilang dalam 24 jam apabila sebagian   paru  yang kolaps  sudah mengembang kembali.
b.       Distres  pernapasan berat, agitasi, sianosis, dan  takipnea berat.
c.       Takikardi  dan peningkatan awal  TD diikuti  dengan hipotensi  sesuai dengan penurunan  curah jantung.
d.       Hidung tampak kemerahan
e.       Cemas, stres, tegang,nyeri dada
f.       Tekanan darah rendah (hipotensi)
g.      Sesak nafas,dada terasa sempit
h.      Denyut jantung cepat,mudah lelah
i.        Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen

2.5 Klasifikasi
            Pneumathorax lebih sering terjadi pada penderita dewasaa yang berumur 40 th ,laki-laki lebih rentan dari wanita.
Diklasifikasikan sebagai berikut :
a.       Artificial
Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau pneumothoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal pengeluaran atau pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumothoraks sengaja lainnya ialah diagnostik untuk membedakan massa apakah berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-penyebab lain ialah akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura.
b.      Traumatic
Masuknya udara melaui mediastinum yang biasanya disebabkan trauma pada trakea atau esophagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat (endoskopi) atau benda asing tajam yang tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula mengakibatkan udara dalam rongga pleura melalui fistula antara saluran nafas proksimal dengan rongga pleura.
           Barotrauma Pada Paru Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumothorax dan non-tension pneumathorax. Tension. Pneumothorax merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan. Non-tension pneumothorax tidak seberat Tension pnemothorax karena akumulasi udara tidak makin bertambah sehingga tekanan terhadap organ didalam rongga dada juga tidak meningkat.
           Akumulasi darah dalam rongga toraks (hemotoraks) dapat menimbulkan masalah yang mengakibatkan terjadinya hemopneumotoraks.
c.       Spontan.
Terjadi secara spontan tanpa didahului kecelakaan atau trauma. Timbul sobekan subpleura dari bulla sehingga udara dalam rongga pleura melalui suatu lubang robekan atau katup.
          Keadaan ini dapat terjadi berulang kali dan sering menjadi keadaan yang kronis. Penyebab lain ialah suatu trauma tertutup terhadap dinding dan fistula bronkopleural akibat neoplasma atau inflamasi. Pneumotoraks spontan dapat diklasifikasikan menjadi.
          Pneumotoraks Spontan Primer dan Pneumotoraks Spontan Sekunder. Pneumotoraks Spontan Primer biasanya disebabkan oleh pecahnya bleb pada paru (sering terjadi pada pria muda yang tinggi kurus dan pada Marfan syndrome), sedangkan Pneumotoraks Spontan Sekunder seringkali terjadi akibat Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
d. Pneumothorak tekanan
Terjadi karena paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru kolaps.
e. Pneumothorax  tegangan
Terjadi ketika udara ditarik ke dalam ruang pleura dari paru yang mengalami laserasi atau melalui lubang kecil dalam dinding dada.

2.6 Patofisiologi
            Paru-paru di bungkus oleh pleura peritalis dan pleura visceralis.di antara pleura ini terdapat cavum pleura.cavum pleura normal berisi sedikit cairan serous jaringan.
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luaryang tekanannya nol akan masuk ke bronchus sehingga sampe ke alveoli.
Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan dialveolus ataupun di bronchus, sehingga udara ditekan keluar melalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin atau mengejan, karena pada keadaan ini glotis tertutup. Apabila dibagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronkhus atau alveolus itu akan pecah atau robek.
Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk kea rah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam alveoli akan meningkat.Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan fibrosis di peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan pneumothoraks.
Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif. Tekanan negatif disebabkan karena kecenderungan paru untuk kolaps (elastic recoil) dan dinding dada yang cenderung mengembang. Bilamana terjadi hubungan antara alveol atau ruang udara intrapulmoner lainnya (kavitas, bulla) dengan rongga pleura oleh sebab apapun, maka udara akan mengalir dari alveoli ke rongga pleura sampai terjadi keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut tertutup. Serupa dengan mekanisme di atas, maka bila ada hubungan antara udara luar dengan rongga pleura melalui dinding dada, udara akan masuk ke rongga pleura sampai  perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup.
Perubahan patofisiologi yang terjadi pada dasarnya adalah akibat dari :
a.       Kegagalan ventilasi
b.      Kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar.
c.       Kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik.
Ketiga faktor diatas dapat menyebabkan hipoksia.



2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumotorax tergantung dari luasnya pneumothorax. Tujuannya yaitu untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi.
Pemansangan Bullow Drainage / WSD ,Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a.       Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil ( bila diakibatkan oleh traumatic ), sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
b.      Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c.       Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.

      Perawatan WSD ini adaalah :
a.       Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband minimal 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b.      Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
c.       Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
1)      Penetapan slang.
Slang diatur senyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
2)      Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
d.      Mendorong berkembangnya paru-paru.
 Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang,Latihan napas dalam,Latihan batuk yang efisien,Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e.    Perhatikan banyak nya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
f.       Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi :
1.      Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
2.      Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.

g.      Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
2. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3. Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.
4. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
5. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
6.  Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
h.      pemasangan wsd dinyatakan berhasil, bila :
1. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
2. Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
3.  Tidak ada pus dari selang WSD.

Tujuan pengobatan  adalah untuk mengevakuasi udara atau darah dari ruang pleura.untuk pneumathorax ,selang dada yang kecil (28F) di pasang dekar ruang intercostal kedua.ruang ini di gunakan karena merupakan bagian tertipis dari dinding dada,meminimalkan bahaya menyentuh saraf torax,dan akan meninggalkan jaringan parut lebih  sedikit.jika terdapat jumlah darah yang berlebihan dalam selang dada dalam waktu yang relatif singkat,mungkin di perlukan outotranfusi.teknik ini mencakup mengambil darah pasien sendiri yang telah di alirkan dari dada,di saring,dan kemudian ditransfusikan kembali ke dalam sistem vaskular pasien.

2.9 Komplikasi
a.       Pneumothoraks tension: mengakibatkan kegagalan respirasi akut
b.      Pio-pneumothoraks, hidro pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks: henti jantung paru dan kematian sangat sering terjadi.
c.       Emfisema subkutan dan pneumomediastinum: sebagai akibat komplikasi pneumothoraks spontan
d.      Gagal nafas : Adanya akumulasi udara pada rongga pleura mengakibatkan adanya penekanan  pada paru
e.       Pneumothoraks simultan bilateral : salah satu sisi paru dapat mengakibatkan  peningkatan pada tekanan intrapleura

2.10 Pemeriksaan penunjang
a.      Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural, data menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
b.      GDA : variable tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal/menurun, saturasi oksigen biasa menurun.
c.       Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemotoraks)
d.      HB : mungkin menurun menunjukkan kehilangan darah


























2.11 W.o.c

Faktor predisposisi: trauma tembus ke pleura,trauma
Tumpul pada dada,tb paru,emfisema,ca paru
 


Kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan
Atau pecahnya pleura.robekan akan berhubungan dg broncus.
Pelebaran dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yg
Kemudian membentuk suatu bulla dan bulla pecah menembus pleura

Ada hubungan langsung antara rongga pleura dg udara luar

Tekanan posistif intrapleura

Gangguan ventilasi : pengembangan paru tdk optimal dan gangguan difusi,
Distribusi,dan transportasi oksigen
 


Ketidakefektifan pola nafas    terpasang bullow drainase/wsb                 edema trakea/faringeal,                           keluhan sistemis,
                                                                                                             Peningkatan produksi sekret,                      mual,intake nutrisi
                                                                                                               Penurunan kemampuan                yang tidak adekuat,
 batuk efektif                           malaise,kelemahan,
                                                dan keletihan fisik.
                        Respon nyeri,adanya luka                   ketidak efetifan jalan nafas
paska pemasangan wsb.                                                                       -perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.
-Gangguan pemenuhan adl
-Kecemasan
Resiko tinggi trauma                                        nyeri
Kerusakan integritas jaringan
Resiko tinggiinfeksi


BAB III
ASKEP TEORITIS

3.1 Penggkajian
            a. Identitas
biasanya berisi nama,umur,alamat,no MR,diagnosa medic,taggal masuk,penanggung jawab dan data penting lainnya
b.      Tanda-Tanda vital
Nadi                                  : biasanya takikardi
Tekanan darah                   : biasanya hipertensi atau juga hipotensi
pernafasan                         : biasanya takipnea
Suhu                                  : biasanya di atas normal

c.       Riwayat kesehatan
1.      Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keluhan klien sesak napas sering kali datang mendadak dan
semakin lama semakin berat. Biasanya nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.
Perawat perlu mengkaji apakah ada riwayat trauma tajam/tumpul yang mengenai rongga dada (tertembus peluru, tertusuk benda tajam)
2.      Riwayat kesehatan dahulu
Perawat mengkaji apakah klien pernah menderita TB paru ,biasanya sering terjadi pada pneumotoraks spontan.
3.      Riwayat kesehatan keluarga
Perawat perlu mengkaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dll.

d.      Pemeriksaan fisik
1.      Rambut dan hygine kepala
Biasanya rambut klien bersih,kulit kepala bersih
2.      Mata (kiri/kanan)
Biasanya posisi mata simetris kiri dan kanan,konjungtiva anemis,sklera ikterik,dan pupil merespon cahaya dengan baik.
3.      Hidung
Biasanya hidung klien simetris ,tidak ada sputum .
4.      Mulut dan tenggorokn
Biasanya mulut pasien berbau gigi berkaries dan bibir tampak kering .

5.      Telinga
Biasanya telinga klien simetris , dan tidak ada  gangguan pendengaran
6.      Leher
Biasanya pada kasus ini tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,dan tidak terdapat kaku kuduk.
7.      Dada/thorax
I : biasanya pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan,iga   melebar,ekspansi dada asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit),rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit),biasanya pada kasus tertentu terdapan bekas tusukan.
P : biasanya taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Biasanya juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar –iga bisa saja normal atau melebar
P : biasanya  suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani.
A : biasanya  suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.

8.      Jantung
I : biasanya : biasanya ictus cardis terlihat
P : biasanya ictus cardis teraba
P : biasanya suara sonor
A : biasanya irama BJ 1 /BJ II tidak teratur


9.      Abdomen
Biasanya klien tidak mengeluh mual
I : biasanya  tidak ada pembuncitan
A : biasanya bising usus terdengar 20x/i
P : biasanya tidak ada nyeri tekan
P : biasanya bunyi nya tympani
10.  Genitalia urinaria
Kelengkapan : biasanya kelamin klien lengkap
Terpasang kateter : biasanya tidak
Urine : biasanya urine berwarna kekuningan dan tidak ada endapan

11.  Lengan-lengan tungkai
Ekstremitas bawah : biasanya kemampuan sendi terbatas,biasanya ada luka bekas tusukan benda tajam,Terdapat kelemahan,Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan,biasanya tangan kanan terpasanag infus.
Ekstremitas bawah : biasanya kelemahan sendi,kulit pucat dan berkeringat.
3.2 Diagnosa keperawatan   
1.      pola nafas tidak efektif  b/d  menurunya ekspansi paru
2.      Resiko tinggi trauma penghentian nafas  b/d  proses cidera
3.      Kurangnya pengetahuan terhadap kondisi b/d  kurang terpajan pada  informasi.
3.3 Intervernsi Keperwatan
           
No
Dx Kep
Tujuan / kh
Intervensi
Rasional
1
Dx 1
Pola pernapasan efektive.
Kh :Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

1.      Awasi kesesuain pola pernafasan bila mengguna kan ventilasi mekanik.catat perubahan tekanan udara.
2.      Auskultasi bunyinafas




3.      Kaji fremitus





4.      Kaji pasien ada nya nyeri tekan bila batuk,nafas dalam


5.      Catat pengembang an dada pada posisis trakea
1.      Kesulitan bernafas dengan ventilator dan /atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga mem buruknya kondisi.

2.      Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh area paru.

3.      Suara dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan/ konsolidasi

4.      Sokongan terhadap dada dan otot abdominal mem buat batuk lebih efektif/mengurngi trauma

5.      Pengembangan dada sama dengan ekspensi paru. deviasi trakea dari area sisi yang sakit pada tegangan pneumothorax
2
Dx 2
Komlikasi di cegah / diatasi
Kh : mengenak ke butuhan untuk men cegah komplikasi, memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik.
1.      Kaji dengan pasien tujuan / fungsi unit drainase,catat gambaran keamanan
2.      Pasangkan kateter thorak ke dinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi klien.
3.      Amankan sisi smbung selang
4.      Beri bantalan pada sisi dengan kasa/plester
5.      Anjurkan pasien untuk menghindari berbaring/ menarik selang
1.      Informasi tentang bagaimana sistem bekerja memberikan keyakinan,menurunkan ansietas pasien.

2.      Mencegah ter lepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri sehubung dg penarikan/menggerakan selang.

3.      Mencegah terlepasnya selang
4.      Melindungi kulit dari iritasi/tekanan



5.      Menurunkan resiko obstruksi drainase /terlepasnya selang
3
Dx 3
Proses penyakit / prognosis dan kebutuhan terapi di pahami
Kh : mengidentifikasi tanda/gejala memerlukan evaluasi medik, mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulang nya  masalah.
1.      Kaji patologi masalah individu







2.      Idntifikasi komplikasi jangka panjang







3.      Kaji ulang tanda/gejala yang me merlukan evaluasi medik cepat contoh nya nyeri dada tiba-tiba.
4.      Kaji ulang praktik kesehatan yang baik.seperti nutrisi baik,istirahat
1.      Informasi menurunkan takut karena ketidak tahuan.memberikan pengetahuan dasar untuk memahami kondisi dinamik dan pentingnya intervensi teraupetik

2.      Penyakit paru yang ada berat serta ganas dapat me ningkatkan insiden kambuh.pasien sehat yang men derita pneumothorax spontan insiden kambuh 10%-50%.

3.      Berulangnya pneumothorax memerlukan intervensi medik untuk mencegah /menurunkan potensial komplikasi


4.      Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
















BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
  Pneumothorax didefenisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk mempertahankan paru dalam keadaan berkembang ( imflasi ). Tekanan pada rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4 cm H2O.
Laki – laki lebih sering dari pada wanita ( 4:1). Sering pada usia 20 – 30 tahun. Pneumothorax spontan yang timbul pada umur lebih dari 40 tahun seringkali disebabkan oleh adanya bronchitis kronik dan empisema. Lebih sering pada orang – orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi ( astenikus ) terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok.
Timbulnya pneumothorax juga terjadi karna ada riwayat penyakit baru atau kecelakaan seperti tusukan .biasanya pada kasus ini pasien lemah dan merasakan sakit ketika bernafas. penatalaksanaanya bisa dengan memasang selang dada pada klie yang bertujuan untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi serta mengobservasi dan memberi tambahan oksigen.
4.2  Saran
Berdasrkan kesimpuln diatas kelompok menganggap perlu adanya saran-saran untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan.
Kami dari kelompok merasa bahwa dalam pelaksanaan asuhan keperwatan harus di dukung oleh situasi dan kondisi serta cukupnya waktu untuk melaksanakannya agar asuhan keperawatan yang di berikan dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan apa yang di harapkan.
Sebagai mahasiswa ,kami berharap mampu menguasai konsep pneumothorax dengan mempelajari asuhan keperawatan pada klien pneumothorax .




DAFTAR PUSTAKA

1.        Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
2.        Kumala, Poppy et all. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC,1998.
3.        Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan.Jakarta:Salemba Medika.
4.        Smeltzer,Suzanne C .Keperawatan Medical Bedah .Edisi 8.2001.jakarta :2001
5.        Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


























ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PNEUMOTHORAX


Mata Kuliah : Keperawatan Medical Bedah
Dosen : Ns.Febri yanti ,S.kep,M.kep

 










Di susun oleh kelompok 12 :

Feby andea pricilia      13111794
Eva damayant i           13111793
Dyelvi regina                 13111791




PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA
2014