Jumat, 31 Juli 2015

tanda gejala kanker darah stadium awal


Ciri-ciri Penyakit Leukimia Stadium Awal yang Perlu Diketahui dan DiwaspadaiMeskipun ciri-ciri penyakit leukimia tidak dapat segera dikenali karena tidak memiliki ciri-ciri yang jelas, namun sebaiknya masyarakat tetap berusaha mengenal tentang penyakit ini. Leukimia atau kanker darah putih ini termasuk penyakit yang sulit disembuhkan dan bisa berakibat fatal, tetapi dengan deteksi dini dan pengobatan dini sejak masih tahap awal, perkembangan penyakit ini dapat dihambat. Pengobatan dini terhadap penyakit ini akan meningkatkan harapan hidup.
Pengetahuan tentang penyakit-penyakit keras sebenarnya sangat bermanfaat jika diketahui  oleh masyarakat awam. Pasalnya penyakit bukanlah suatu hal yang bisa diprediksikan datangnya. Bahkan orang yang di hari sebelumnya terlihat sehat pun bisa langsung jatuh sakit di hari selanjutnya dan akan memburuk dengan cepat. Tak terkecuali untuk penyakit leukimia, penyakit yang termasuk jarang ditemui di masyarakat ini dapat memburuk dengan cepat, dalam hitungan hari atau minggu, kecuali tipe kronis yang perkembangannya lambat.

Gejala Penyakit Leukimia

Seperti yang tadi ditulis di awal, leukimia tidak memiliki gejala yang jelas, tidak ada satu gejala yang khas merupakan gejala leukimia. Namun demikian leukimia memiliki banyak gejala yang dapat membantu mendeteksi penyakit ini, tetapi karena gejalanya mirip penyakit biasa, maka sebaiknya harus selalu waspada supaya tidak kecolongan.
Ciri-ciri penyakit leukimia pada stadium awal yang mudah dikenali adalah saat penderita terluka dan lukanya berdarah. Jika yang terluka adalah orang normal, darah yang keluar dari tubuh akan segera menggumpal dan aliran darah yang keluar pun akan segera berhenti. Akan tetapi jika yang terluka dan berdarah adalah penderita leukimia atau kanker darah, aliran darah akan sangat sulit dihentikan. Gejala tersebut membuat penderita akan mengalami kekurangan sel darah merah atau anemia. Dan jika dilihat, darah yang dikeluarkan pun tidak berwarna merah pekat, melainkan berwarna merah muda.
Penderita leukimia saat masih dalam stadium awal biasanya akan sering mengalami mimisan atau pendarahan dari hidung. Penyebab mimisannya pun berbeda dengan yang dialami oleh orang normal yang tidak sakit leukimia. Pada umumnya mimisan bisa diakibatkan karena suhu badan yang sangat tinggi. Waktu terjadinya pun biasanya hanya singkat dan darahnya akan segera berhenti keluar. Akan tetapi pada penderita leukimia, mimisan akan sering terjadi dan tidak cepat berhenti, selain itu peristiwa mimisan ini akan disertai dengan rasa pusing yang sangat luar biasa. Nah, jika ternyata selama ini Anda sering mimisan yang dibarengi dengan rasa pusing yang luar biasa, waspadai ciri-ciri penyakit leukimia tersebut dan segera periksakan kesehatan Anda ke dokter.
Gejala penyakit leukimia selanjutnya adalah penderita sering mengalami perdarahan hebat dari gigi dan gusinya. Mungkin pada umumnya ketika seseorang mengalami perdarahan pada bagian tersebut diakibatkan karena kekurangan vitamin C atau karena terkena benda asing dari luar. Darah yang keluar pun mudah dihentikan dan lukanya cepat sembuh. Akan tetapi jika seseorang menderita leukimia, perdarahan yang terjadi cukup sering terulang dan perdarahannya sulit untuk dihentikan karena darah juga sulit membeku.
Selanjutnya, penderita leukimia biasanya sering merasakan nyeri pada persendiannya atau di bagian tulang belakang. Bahkan rasa nyeri yang luar biasa ini bisa membuat penderita mengalami demam tinggi karena tulang belakangnya ternyata sedang diserang oleh sel-sel kanker. Selain nyeri di bagian sendi dan tulang belakang, penderita leukimia juga sering merasakan nyeri di bagian perut. Ciri-ciri penyakit leukimia ini diakibatkan karena sel darah putih yang berlebihan berkumpul di area ginjal, hati dan empedu. Dan yang terjadi adalah organ-organ tubuh tersebut membengkak dan disertai rasa nyeri serta nafsu makan yang makin hari makin berkurang.

Rabu, 29 Juli 2015

Asuhan keperawatan demam typoid

Kumpulan Asuhan keperawatan
Kumpulan Askep
Asuhan Keperawatan
Askep
 
TYPHOID 

A. Pengertian 

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).


B. Etiologi 

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.


C. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

D. Tanda dan Gejala

Masa tunas typhoid 10 - 14 hari 

  1. Minggu I
    Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
  2. Minggu II
    Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

E. Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan Laboratorium : 

  1. Uji Widal
    Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
    • Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
    • Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
    • Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
      Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
  2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
    SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

F. Penatalaksanaan
 

  1. Perawatan
    • Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
    • Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

  2. Diet
    • Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
    • Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
    • Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
    • Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
  3. Pengobatan
    1. Klorampenikol
    2. Tiampenikol
    3. Kotrimoxazol
    4. Amoxilin dan ampicillin

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID

A. Pengkajian
  1. Riwayat Kesehatan Sekarang
    Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
  2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
    Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
  3. Riwayat Kesehatan Keluarga
    Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
  4. Riwayat Psikososial
    Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
    Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
  5. Pola Fungsi kesehatan
    Pola nutrisi dan metabolisme :
  6. Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus.
    Pola istirahat dan tidur
  7. Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
  8. Pemeriksaan Fisik
    • Kesadaran dan keadaan umum pasien
      Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
    • Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki
      TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

B. Masalah Keperawatan yang Muncul 
  1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
  2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
  3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

C. Intervensi 

Diagnosa Keperwatan 1. : 
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi. 
Tujuan : Suhu tubuh normal 
Intervensi : 
  • Observasi suhu tubuh klien
    Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
  • Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
    Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
  • Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun
    Rasional : menjaga kebersihan badan
  • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
    Rasional : menurunkan panas dengan obat.

Diagnosa Keperawatan 2. : 
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 
Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi 
Intervensi : 
  • Kaji pola nutrisi klien
    Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
  • Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
    Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak disukai.
  • Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
    Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
  • Timbang berat badan tiap hari
    Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
  • Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
    Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
    Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Diagnosa Keperawatan 3. : 
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi 
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat 
Intervensi : 
  • Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
    Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
  • Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
    Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.
  • Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
    Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
  • Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
    Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.

Senin, 27 Juli 2015

Keperawatan komplementer


TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS


  • Definisi Terapi Komplementer
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. 
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media

  • Jenis – Jenis Terapi Komplementer
1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

  • Fokus Terapi Komplementer
1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker
  • Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer
1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien.
  • Teknik Terapi Komplementer
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
Terapi hiperbarik, 
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara
Terapi herbal medik, 
Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.
  • Persyaratan Dalam Terapi Komplementer
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki kompetensi.
Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.
Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus

Sabtu, 11 Juli 2015

Teori Pemasangan EkG

Prosedur Pemasangan EKG 

Artikel di bawah ini akan menjelaskan tata cara memasang EKG yang benar sesuai standar.

Penggunaan Elektrokardiogram hanya dilakukan :
1. Sesuai indikasi / ketentuan
2. Atas instruksi dokter.


Langkah-langkah pemasangan EKG 
  1. Atur Posisi Pasien, posisi pasien diatur terlentang datar 
  2. Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai jam tangan, gelang, logam lain agar dilepas 
  3. Bersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada, kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi manset elektroda.
  4. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda.
  5. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai.
  6. Memasang arde.
  7. Menghidupkan monitor Elektrokardiogram.
  8.  Menyambungkan kabel Elektrokardiogram pada kedua tungkai pergelangan tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk rekaman ekstremitas lead (Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara : 
  • Warna merah pada pergelangan tangan kanan 
  • Warna hijau pada kaki kiri
  • Warna hitam pada kaki kanan.
  • Warna kuning pada pergelangan tangan kiri.
  • Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead 
   o V1 pada interkosta keempat garis sternum kanan
   o V2 pada interkosta keempat garis sternum kiri
   o V3 pada pertengahan V2 dan V4
   o V4 pada interkosta kelima garis pertengahan clavikula kiri
   o V5 pada axila sebelah depan kiri
   o V6 pada axila sebelah belakang kiri

   9.   Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik
  10.  Bila rekaman Elektrokardiogram telah lengkap terekam, semua elektroda yang melekat ditubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti semula.
  11.  Pasien dibantu merapihkan pakaian

Catatan :
Harap diperhatikan urutan pemasangan LEAD pada EKG agar tidak terjadi kesalahan interpretasi data yang dikeluarkan oleh EKG itu sendiri.