Rabu, 05 Agustus 2015

asuahan keperawatan dislokasi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang

Dislokasi  atau luksasio adalah  kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999)  terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi,  Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).




B.     Tujuan
a.       Tujuan Umum
            Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “dislokasi “ .

b.      Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran  asuhan keperawatan meliputi :
1)      Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian kepada klien dengan dislokasi 
2)   Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan dislokasi
3)   Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan dislokasi
4)   Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan
       pada dislokasi.
  
  
  
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Defenisi
Dislokasi patella adalah terpisahnya tibia dan femor benar-benar menggambarkan suatu kegawatan otorpedik karena hubungan erat kedua tulang tersebut dengan cidera neurovasikuler pada anggota badan yag sakit. (Michael S Jrastemiki, 1995).
Dislokasi patella adalah suatu kondisi lepasnya sendi patella yang berupa dislokasi traumatic dan dislokasi berulang( Arif dan Eko, 2011).
Sprain/ keseleo adalah trauma pada sendi, biasanya berkaitan dengan cidera ligament. (Elizabeth J Croin, 2007).
Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari posisinya pada sendi. (Elizabeth J Croin, 2007).Keseleo ( cidera ligament) yaitu keadaan rupture total atau parsial pada ligament penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. (Kowalak ,Jenifer P,2011).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi sering di temukan pada orang dewasas dan jarang di temukan pada  anak –anak, biasanya klien jatuh dengan ekerasa dalam keadaan tangan out streched . bagian distal humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior .misalkan oada radius dan ulna mengalami dislokasi pada posterior oleh karna itu brakhialis yang mengalmi robekan pada proseus karanoid .

B.     Etiologi
Penyebab keseleo adalah:
1.      Pemutiran mendadak dengan tenaga lebih kuat  daripada kekuatan ligament dengan menimbulkan gerakan sendi diluar kisarn gerakan (RPS) normal.
2.      Fraktur atau dislokasi yang terjadi bersamaan.

C.     Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang mungin timbul karena keseleo meliputi:
1.      Nyeri local ( khusnya pada saat menggerakkan sendi).
2.      Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
3.      Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam baru cidera)
4.      Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah kedalam jaringan sekitarnya






D.    Anatomi fisiologi

a.      Histologi Tulang
Secara histologinya, pertumbuhan tulang di bagi dalam 2 jenis (Arif Musstaqin, 2008) yaitu:
1)      Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan emrional dan tidak terlihat lagi pada usia satu tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.
2)      Tulang matur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular.

b.      Komponen Penyusun Tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga jenis sel :
1)      Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali dalam darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang.
2)       Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3)      Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah (Arif Mustaqqin, 2008).

 Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun  kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak, matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan flor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang, sumsum tulang merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperatur tubuh (Brunner & suddarth, 2002).

c.       Fungsi Utama Tulang
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai fungsi utama yaitu :
1)      Membentuk rangka badan
2)      Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3)       Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
4)      Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan garam.
5)      Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoletik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (Arif Mustaqqin, 2008).

E.     Klasifikasi
                     Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Dislokasi kongenital. Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2.      Dislokasi patologik. Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3.      Dislokasi traumatik. Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
          Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
a.       Dislokasi Akut
                 Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
b.      Dislokasi Berulang.
                 Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1.      Dislokasi Sendi Rahang
                             Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a.       Menguap atau terlalu lebar.
b.      Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2.      Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
3.      Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4.      Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
5.      Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6.      Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
      7.  Dislokasi Patella
a)      Paling sering terjadi ke arah lateral.
b)      Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
c)      Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
                    Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

F.      Patofisologi
Kalau sebuah ligament rupture maka eksudasi inflamatori akan terjadi dalam hematoma diantara kedua ujung potongan ligament yang putus itu. Jaringan granulasi tumbuh kedalam dari jaringan lunak dan kartilago sekitarnya. Pembentukan kolagen dimulai hingga empat atau lima hari sesudah cidera dan pada akhirnya akan mengatur serabut-serabut tersebut sejajar dengan garis tekanan stress.
Dengan  bantuan jaringan fibrosa yang vesikuler, akhirnya jaringan yang baru tersebut menyatu dengan jaringan disekitarnya. Ketika reorganisasi ini berlanjut, ligament yang baru akan terpisah dari jaringan disekitarnya dan akhirnya menjadi cukup kuat untuk menahan tegangan otot yang normal.

G.    Woc
Ketidakamampuan sendi lutut saatterjadi perubahan posisi kearah lateral kekenduran ligament generalisata
Disokasi patella
Respon psikologis

Ketidakmampuan menggerakkan tungkai bawah terapi mobilisasi gips
Prognosis penyakit
Ansietas

Tindakan pembedahan manipulasi sendi
Penarikkan ligament dan kontraksi otot
Nyeri
Resiko tinggi infeksi
Gangguan mobilitas
 
H.    Penatalaksanaan keperawatan
            Penanganan untuk mengendalikan rasa nyeri dan pembengkakan meliputi:
1.       Imobilisasi sendi yang cidera untuk mempercepat penyembuhan.
2.      Elefasi sendi diatas ketinggian jantung selama 48 hingga 72 jam ( yang segera dilakukan sesuadah cidera ).
3.      Kompres Es secara intermiten selama 12 hingga 48 jam unutk mengendalikan pembengkakan ( letakkan handuk kecil diantara kantung dan kulit untuk mencegah cidera karena hawa dingin).
4.      Pemasangan pembalut elastic/ gips, atau jika keseleo berat, pemasangan gips lunak atau bidai untuk imobilisasi sendi.
5.      Pemberian Codein atau obat analgetik lain( jika cidera berat)
6.      Penggunaan kruk dan pelatihan cara berjalan ( pada keseleo pergelangan kaki).
7.      Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat penyembuhan, termasuk penjahitan kedua ujung potongan ligament agar keduanya saling merapat. (contohnya pada sebagian atlit).
8.      Pemasangan sabuk pergelangan kaki atau tangan sebelum melakukan aktivitas olahraga. Pemasangan sabuk ini bertujuan untuk mencegah keseleo.(pada atlet).

I.       Komplikasi
1.      Dislokasi berulang akibat ligament  rupture tersebut tidak sembuh dengan sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya
2.      Gangguan fungsi ligament ( jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligament yang rupture, mk ligament ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut secara berlebihan ).



                                                                          BAB III
ASKEP TEORITIS

A.    Pengkajian
1.      Identitas klien
Biasanya berisi nama,alamat, No MR, diagnose medis, tanggal masuk, penanggung jawab dll.

2.      Tanda-tanda vital
a.       Tekanan darah :biasanya Tekanan darah meningkat (>120)
b.      Nadi                : biasanyaNadi meningkat ( >80x/i)
c.       Pernafasan       : biasanya pernafasan (>24x/i)
d.      Suhu                : biasanya suhu (>370C)

3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya  klien pernah mengalami fraktur ataupun dislokasi pada daerah yang sama.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pada saat menggerakkan sendi, terjadi pembengkakan dilokasi nyeri dan perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah kedalam jaringan sekitarnya dan gangguan imobilisasi.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
            Biasanya tidak ada hubungan genetik antara keluarga dan klien yang mengalami dislokasi. Dan  biasanya  mungkin ada keluarga yang mengalami dislokasi.

4.      Pemeriksaan fisik
a.       Rambut
Biasanya rambut klien berwarna hitam dan tidak ada lesi.

b.      Mata
            biasanya simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, tidak terjadi pembengkakan pada mata.
c.       Telinga
biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan alat bantu pendengaran
d.      Hidung
bisanya simetris, tidak ada poli dan mukosa hidung tidak terdapat secret.
e.       Mulut
Biasanya  simetris kiri dan kanan biasanya mukosa bibir baik, bibir tidak  pucat, tidak ada pembengkakan tongsil.
f.       Wajah
Biasanya ekspresi wajah klien meringis kesakitan apabila melakukan perubahan posisi lutut.
g.      Leher
Biasanya tidak terjadi distensi pada vena jugularis.
h.      Dada
Inspeksi           : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi             : biasanya vocal promitus kiri dan kanan
Perkusi            : bisanya terdapat batas-batas jantung
Auskultasi       : biasanya berbunyi veskuler
i.        Abdomen
Inspeksi           : biasanya simetris kiri dan kanan
Auskultasi       : biasanya bising usus normal
Palpasi             : biasanya tidak terjadi nyeri tekan
Perkusi            : biasanya tidak terjadi asites
j.        Genetalia
Biasanya tidak terjadi pembengkakan pada labia dan scrotum. Dan tidak terpasang kateter.

k.      Ekstremitas
Ekstremitas atas
 biasanya simetris kiri dan kanan, biasanya terpasang infus, dan turgor kulit jelek dan tidak terjadi edema.
Ekstremitas bawah
biasanya simetris kiri dan kanan, tidak terjadi edema pada pergelangan kaki, nyeri tekan pada lutut, sendi lutut tidak dapat melakukan ekstensi.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang
2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang
3.      Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

C.     Intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan NIC dan NOC
NO
DIAGNOSA
INTERVENSI
NIC
NOC
1.
NYERI AKUT
Definisi  :Sensori  yang  tidak menyenangkan dan  pengalaman emosional  yang  muncul  secara  aktual atau potensial, kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan..

Batasan karakteristik :
-          Laporan  secara  verbal  atau  non verbal
-          Fakta dan observasi
-          Gerakan melindungi
-          Tingkah laku berhati-hati
-          Gangguan  tidur  (mata  sayu, tampak  capek,  sulit  atau  gerakan kacau, menyeringai)
-          Tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui  orang  lain,  aktivitas berulang-ulang)
-          Respon  autonom  (diaphoresis, perubahan  tekanan  darah, perubahan  pola  nafas,  nadi  dan dilatasi pupil)
-          Tingkah laku ekspresif (gelisah, marah,  menangis, merintih, waspada, napas panjang, iritabel)
-          Berfokus pada diri sendiri
-          Fokus menyempit (penurunan persepsi pada  waktu, kerusakan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-          Perubahan  nafsu  makan  dan Minum

Faktor yang berhubungan :
-          Agen injury (fisik, biologis, psikologis).


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24  jam  pasien  dapat  mengontrol  nyeri dengan indicator :
-          Mengenali faktor penyebab
-          Mengenali onset (lamanya sakit)
-          Menggunakan metode pencegahan
-          Menggunakan  metode  nonanalgetik   untuk mengurangi nyeri
-          Menggunakan  analgetik  sesuai kebutuhan
-          Mencari bantuan tenaga kesehatan
-          Melaporkan  gejala  pada  tenaga kesehatan
-          Menggunakan  sumber-sumber  yang tersedia
-          Mengenali gejala-gejala nyeri
-          Mencatat  pengalaman  nyeri sebelumnya
-          Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat mengetahui tingkatan nyeri  dengan indicator : 
-          Melaporkan adanya nyeri
-          Luas bagian tubuh yang terpengaruh
-          Frekuensi nyeri
-          Panjangnya episode nyeri
-          Pernyataan nyeri
-          Ekspresi nyeri  pada wajah
-          Posisi tubuh protektif
-          Kurangnya istirahat
-          Ketegangan otot
-          Perubahan pada frekuensi pernafasan
-          Perubahan nadi
-          Perubahan tekanan darah
-          Perubahan ukuran pupil
-          Keringat berlebih
-          Kehilangan selera makan


MANAJEMEN NYERI
Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
Intervensi  :
Lakukan  pengkajian  nyeri  secara  komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-         Observasi  reaksi  non  verbal  dari  ketidaknyamanan
-          Gunakan  teknik  komunikasi  terapeutik  untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
-          Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-          Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
-          Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang  ketidakefektifan  kontrol  nyeri  masa lampau
-          Bantu  pasien  dan  keluarga  untuk  mencari  dan menemukan dukungan
-          Kontrol  lingkungan  yang  dapat  mempengaruhi nyeri  seperti  suhu  ruangan, pencahayaan  dan kebisingan
-          Kurangi faktor presipitasi
-          Pilih  dan  lakukan penanganan  nyeri (farmakologi,  non  farmakologi  dan  inter personal)
-          Kaji  tipe  dan  sumber  nyeri  untuk  menentukan intervensi
-          Ajarkan tentang teknik non farmakologi
-          Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-          Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
-          Tingkatkan istirahat
-          Kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

ANALGETIC ADMINISTRATION
Definisi : penggunaan agen  farmakologi untuk menghentikan atau mengurangi nyeri.
Intervensi :
-          Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
-          Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
-          Cek riwayat alergi
-          Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu
-          Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri
-          Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
-          Pilih  rute  pemberian  secara  IV,  IM  untuk pengobatan nyeri secara teratur
-          Monitor  vital  sign  sebelum  dan  sesudah pemberian analgetik pertama kali
-          Berikan  analgetik  tepat  waktu  terutama  saat nyeri hebat
-          Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping)
2.
GANGGUAN MOBILITAS FISIK
Definisi : keterbatasan dalam kebebasan untuk  pergerakan  fisik  tertentu  pada bagian  tubuh  atau  satu  atau  lebih ekstremitas.

Batasan karakteristik :
-         Postur tubuh yang tidak stabil
-         Keterbatasan  kemampuan untuk  melakukan  ketrampilan motorik kasar
      Keterbatasan  kemampuan untuk  melakukan  ketrampilan motorik halus
Tidak ada koordinasi gerakan
-          Keterbatasan ROM
-          Kesulitan berbalik
       Perubahn  gaya  berjalan    (penurunan kecepatan berjalan, kesulitan  memulai  berjalan, langkah  sempit,kaki  diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi lateral)
-          Penurunan waktu reaksi
-          Bergerak  menyebabkan  nafas menjadi pendek
-          Usaha  yang  kuat  untuk perubahan  gerak  (peningkatan perhatian  untuk  aktivitas  lain, mengontrol  perilaku,  fokus dalam  anggapan ketidakmampuan aktivitas)
-          Pergerakan yang lambat
-          Bergerak menyebabkan tremor




Faktor yang berhubungan :
-          Pengobatan
-          pembatasan gerak
-          pembatasan gerak
-          Kurang  pengetahuan  tentang bersama  dengan  indikator  klien 
-          pembatasan gerak
-          Kurang  pengetahuan  tentang bersama  dengan  indikator  klien 
-          Kerusakan persepsi sensori
-          Tidak nyaman, nyeri
-          Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskular
-          Intoleransi aktivitas
-          Depresi mood/cemas
-          Kerusakan kognitif
-          Penurunan kekuatan otot
-          Keengganan  untuk  memulai gerak
-          Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan
-          Malnutrisi umum atau selektif
-          Kehilangan  integritas  struktur tulang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat melakukan ambulasi berjalan dengan indikator : 
-          Mempertahankan berat badan
-          Melangkah
-          Berjalan lambat
-          Berjalan dengan kecepatan sedang
-          Berjalan dengan kecepatan lebih cepat
-          Berjalan naik tangga
-          Berjalan menuruni tangga
-          Berjalan mendaki
-          Berjalan  dengan  jarak  yang  dekat (keliling kamar)
-          Berjalan  dengan  jarak  yang  sedang   (keluar kamar)
-          Berjalan dengan  jarak  yang  lebih  jauh (mengitari bangsal)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tingkat mobilitas pasien meningkat dengan indikator: 
-          Keseimbangan tubuh
-          Posisi tubuh
-          Gerakan otot
-          Gerakan sendi
-          Kemampuan berpindah
-          Ambulasi: berjalan
-          Ambulasi: kursi roda
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien dapat melakukan gerakan/pergerakakkan fisik dengan indicator : menggerakakkan jari kaki, tangan, leher, bahu, lutut, pinggang, siku dan pergelangan tangan, menggerakan  jari  kaki,  tangan,  leher,  bahu.
TERAPI AKTIVITAS AMBULASI
Definisi : membantu pasien  memulai  aktivitas fisik untuk memperkuat fungsi tubuh selama perawatan dan melindungi dari sakit atau cedera.
Intervensi :
-          Monitoring  vital  sign  sebelum  dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
-          Konsultasikan dengan  fisioterapis  tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
-          Bantu  klien  untuk  menggunakan  tongkat  saat berjalan dan cegah terhadap cedera
-          Ajarkan  pasien  atau  tenaga  kesehatan  lain tentang teknik ambulasi
-          Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
-          Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan
-          Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kabutuhan ADL
-          Berikan alat bantu bila pasien memerlukan
-          Ajarkan bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
EXERCISE THERAPY: JOINT MOVEMENT
-          Tentukan batasan gerakan 
-          Kolaborasi dengan fisioterapis  dalam mengembangkan dan  menentukan  program latihan
-          Tentukan level gerakan pasien 
-          Jelaskan pada keluarga/pasien  tujuan  dan rencana latihan
-          Monitor lokasi ketidaknyamanan  atau  nyeri selama gerakan atau aktivitas  lindungi pasien dari trauma selama latihan
-          Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh untuk gerakan pasif atau aktif
-          Dorong ROM aktif
-          Instruksikan pada pasien atau keluarga tentang  ROM pasif dan aktif
-          Bantu pasien untuk  mengembangkan  rencana latihan ROM aktif
-          Dorong klien untuk menunjukan gerakan tubuh sebelum latihan
3.
KECEMASAN/ANSIETAS
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom ( sumber sering sekali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu,perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat keawaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik :
a.   perilaku
-    Penurunan produktivitas
-    Gerakan yang irelevan
-    Melihat sepintas
-    Insomnia
-    Kontak mata yang buruk
-    Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
-    tampak waspada
-     
b.   afektif
-    gelisah, ketakutan
-    ketakutan
-    rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
-    khawatir
-    peningkatan rasa yang ketidakberdayaan yang persisten
c.    fisiologis
-    wajah tegang
-    gemetar
-    jantung berdebar-debar
-    peningkatan tekanan darah
factor yang berhubungan
-    kurangnya informasi yang di dapat
-    kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam status kekebalan pasien meningkat dengan indilaktor: 
-          Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-          Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
-          Ekspresi wajah, bahasa, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya cemas

Anciety reduction ( penurunan kecemasan )
Intervensi :
-          Gunakan poendekatan yang menenangkan
-          Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
-          Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur pengobatan
-          Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut
-          Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan takut dan persepisnya terhadapa penyakit yang dia alami
-          Identifikasi tingkat kecemasan pasien
-          Dorong keluarga untuk selalu menemani pasien selama perawatan









BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
            Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
            Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
            Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B.     Saran
            Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA


Arif mutataqin. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuluskeletal.Jakarta:EGC
Elizabeth J Croin. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Jenifer P Kowalak.2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Michael S Jastremski,dkk.2005. Prosedur Kedaruratan.jakarta: EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar